Kamis, 17 Maret 2011

Kaisar Jepang Minta Rakyat Bertahan dari Ancaman Radiasi

Raja Jepang Kaisar Akihito
TEMPO Interaktif, Tokyo - Bencana alam disertai ancaman radiasi akibat meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima membuat Raja Jepang Kaisar Akihito kemarin angkat bicara. "Dari lubuk hati saya yang paling dalam," kata Kaisar berusia 77 tahun ini,"Saya berharap rakyat bahu membahu bertahan dalam menghadapi masa-masa sulit ini."

Inilah untuk pertama kalinya Kaisar Hirohito muncul dan berbicara di hadapan publik selepas Jepang diguncang gempa berkekuatan 9 pada skala Richter---bukan 8,9 pada skala Richter seperti yang diberitakan selama ini---disusul gelombang tembok tsunami setinggi 10 meter yang merendam kawasan di timur laut Negeri Matahari Terbit itu.

"Saya berharap situasinya tidak semakin memburuk," tutur Akihito, seraya mengatakan bahwa ia prihatin atas kebocoran yang terjadi pada fasilitas nuklir di negerinya. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyebut tingkat radiasi di sekitar PLTN Fukushima menembus angka 400 kali di atas ambang batas normal.

Perdana Menteri Naoto Kan, 64 tahun, memerintahkan warga yang berdiam di radius 20-30 kilometer dari kompleks nuklir Fukushima untuk mengungsi. Arak-arakan kendaraan kemarin meninggalkan wilayah yang berjarak sekitar 300 kilometer dari Tokyo tersebut. Ditaksir ada lebih dari 130 ribu orang yang berdiam di sekitar fasilitas nuklir tersebut.

"Warga sangat cemas," ujar Fumiko Watanabe, 70 tahun, seorang warga yang mengungsi. "Andai saja pemerintah memberitahu kami sejak awal." Operator PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) juga telah mengungsikan sekitar 750 pegawainya. Meski begitu mereka masih menyisakan sekitar 180 orang tim ahli guna mengatasi radiasi.

"Kami rotasi mereka untuk memperkecil dampak radiasi," kata Jurubicara Badan Tenaga Atom Jepang Minoru Ohgoda. "Kami belum tahu seberapa parah kerusakan itu." Ditaksir radiasi mencapai lebih dari 400 milisievert---1 milisievert itu setara dengan zat radioaktif yang ada di empat sisir buah pisang.

"Terpapar zat radioaktif hingga melebihi 100 milisievert bisa mengakibatkan kanker dan perlu disterilisasi," ujar John Large, seorang pakar nuklir di sana. Namun zat radioaktif tersebut tak sampai bergerak hingga ke Tokyo. "Kami di sini baik-baik saja," kata Rane Hafied, 40 tahun, seorang warga Indonesia di sana, kepada Tempo. "Tokyo relatif aman."

Perdana Menteri Naoto telah memerintahkan TEPCO untuk mengawal proses meredam kebocoran itu. "Kalian satu-satunya yang bertangung jawab," kata Kan dalam pertemuan dengan para petinggi TEPCO. "Bersiaplah mengahadapi segala risiko!" Situs peniup peluit, WikiLeaks, melansir informasi mengenai peringatan atas fasilitas-fasilitas nuklir di sana.

Dalam dokumen yang diunggah WikiLeaks tersebut disebutkan IAEA telah memperingatkan agar Jepang senantiasa mengkaji dan memperbaharui seluruh fasilitas nuklirnya itu agar aman dari ancaman gempa pada Desember 2008. Sebab, menurut dokumen itu, sistem keamanan seluruh fasilitas nuklir Jepang sudah usang dan diremajakan 35 tahun terakhir.

Sekretaris Kabinet Yukio Edano menyatakan lebih dari 11.000 jiwa dinyatakan tewas atau hilang dan lebih dari 450 ribu orang kehilangan tempat tinggal. "Jumlah mereka yang tewas terus bertambah setiap hari," ujar Kaisar Akihito. "Kami tak tahu berapa jumlah persisnya mereka yang menjadi korban."

Tempo, Kamis, 17 Maret 2011 | 01:16 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar